adii jaringan doa

Kamis, 22 Januari 2015

Pengaruhnya Emaiyawi Mote menata masyarakat Yaba baik dalam peribadatan yang dilakukan sebagai rutinitas dalam semingga maupun ketertibaan masyarakat yaitu. Tota mana yaitu sepuluh hukum yang sudah lama berlaku. Pengaruh Emaiyawi juga memberikan kontribusi bagi Injil Kristus serta penataan hidup masyarakat yang takut akan Tuhan pencipta (Ugatame) serta menjalankan norma yang berlaku dalam masyarakat suku Mee pada umumnya dan masyarakat kampung Yaba pada khususnya menuai hasilnya, anaknya Weyakebo Mote menjadi orang pengaruh di kemudian hari. Disamping itu mereka menuai kekayaan sesuai permintaan mereka kepada Tuhan (Ugatame).
          Weyakebo adalah juga orang yang pengaruh ddi kampung Yaba. Sebagaimana biasa seorang yang pengaruh (kepala suku) memiliki kekayaan, isteri serta hamba-hamba untuk membantu orang yang pengaruh tersebut. Masalah besar maupun kecil sekalipun dibawah masyarakat kepada kepala suku untuk dapat menyelesaikannya.
          suatu saat rombongan kulit putih (Missi) diantar oleh masyarakat kampung Kokobaya (wagaamo) kepada masyarakat Yaba. Masyarakat Yaba dibawah pimpinan Weyakebo Mote menerima mereka, tetapi keraguan juga meruapakan karateristik yang melekat pada manusia yang hidup sehingga masyarakat Yaba meragukan orang-orang tersebut. Karena manusia lain dari pada apa yang mereka saksikan, masyarakat menafsirkannya masing-masing. Dan tidaklah salah karena apa yang mereka saksikan adalah sesuatu baru yang belum pernah saksikan sebelumnya yaitu orang yang berkulit putih, berambut panjang dan berbadan tinggi seperti Yimiyo (Suanggi), Madouyoka (penunggu air), atau Teege (iblis) dsb. Jika kita tinggalkan mereka maka kita akan dipunahkan mereka sehingga kita bunuh mereka sebelum mereka membunuh kita. Sementara masyarakat mengambil panah, tombak dan alat tajam lainnya, namun demikian masyarakat Yaba ditenangkan oleh kepala suku Weyakebo Mote.
          Sebagai seorang kepala suku akan diuji dalam sebuah masalah yang dihadapi dalam masyarakat dikampung yang dipimpinnya. Untuk membuktikan kebenarannya atas dugaan-dugaan yang dikembangkan masyarakat Yaba yang pada hakekatnya membunuh para Missi, Weyakebo Mote menyediakan anak manusia yaitu Marta Mote anaknya serta seekor anak babi. Kepala Suku berkata kepada masyarakat bahwa kalau mereka (Missi) menerima dan makan anak manusia, maka mereka ini setan yang mereka dugaan, tetapi mereka menerima dan makan anak babi mereka juga manusia seperti kita. Kepala suku Weyakebo Mote memberikan keduanya kepada orang kulit putih tadi, orang kulit putih menerima kedua-duanya mereka mengambil anak manusia dan mengisyaratkan mengeluarkan susu supaya memberikan susu kepada anak tersebut, selanjutnya memberikan anak manusia itu kepada seorang perempuan untuk memberikan susu. Sedangkan anak babinya mengambil dan mengisyaratkan kepada kepala suku serta masyarakat Yaba untuk memotong untuk menghidangkannya.
          Sebelum kepala suku menguji para Missi, ia memberitahukan bahwa mereka juga manusia sama seperti kita memiliki mata, telingah dsb. Selesai masyarakat menguji dan membuktikan bahwa Missi juga manusia sama seperti mereka sendiri, Missi Deibler mengeluarkan apa yang ia isi yaitu; manik-manik, pisau, korek, silet, pakaian dll. Semuanya menyerahkan kepada Weyakebo Mote selaku kepala suku dan menerimanya. Setelah menerima semuanya itu Missi meminta kepada kepala suku supaya membangun pondok untuknya disitu, ia membangun sebuah pondok bagi para Missi. Sampai hari berdiri sebuah Gereja Khatolik disitu. Para rombongan Missi dua malam bersama kepala suku Weyakebo Mote di Yaba. Selanjutnya masyarakat Yaba dibawah pimpinan kepala suku mengantar rombongan Missi ke Enaago (Enarotali) kepada Uwatawogi Yogi.

Tidak ada komentar :